Rasa sakit membuatmu lebih kuat. Rasa takut membuatmu lebih berani. Patah hati membuatmu lebih bijaksana
  • Rombel 2 PLS 2014

    Ini waktu mau pulang dari Fountain :)

  • Kelompok Narada

    Ini pas PPA. Bersama teman teman dari jurusan lain di FIP

  • Makrab PLS 2014

    Ini kelompok Birdan, setelah makrab makan-makan bareng sama pendamping :)

  • PMR SKANZA

    Halal bi halal bersama keluarga besar PMR Wira SMK N 1 Bawang. Ada alumni dari lulusan beberapa tahun yang lalu dan adik-adik yang masih sekolah

  • PCA KSR Unit UNNES

    Ini kegiatan PCA KSR Unit UNNES angkatan XXIX

  • KASKUS II

    Sekelompok cewek-cewek dari Akuntansi 2 SMK N 1 Bawang angkatan 2011

15 Desember 2014

Posted by Unknown
No comments | 10.58




Berbicara mengenai kebudayaan, banyak hal yang terlintas dalam pikiran kita. Ada adat-istiadat, bahasa, kesenian, budaya politik, dan lain sebagainya. Nah untuk kesenian itu sendiri  Indonesia mempunyai berbagai macam gaya dan bentuk yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya mulai dari Sabang sampai Merauke. Hampir setiap daerah mempunyai kesenian yang unik dan beragam. Namun keberagaman dan perbedaan itu tidak boleh kita jadikan sesuatu yang dapat memecah belah bangsa Indonesia, namun sebaliknya dengan keberagaman ini kita harus dapat saling menghargai antara yang satu dengan yang lainnya seperti semboyan bangsa kita “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya “Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu juga”.
Oke, pada kali ini saya akan sedikit berbagi mengenai salah satu kebudayaan yang ada di daerah tempat tinggal saya (Banjarnegara), sebuah kesenian yang biasa disebut dengan “Embeg/Ebeg”. Namun kaum muda sendiri sering menyebut kesenian ini dengan sebutan “hokya-hokya”.
Embeg itu sendiri sudah ada sejak dulu kala lohh, bahkan sebelum saya lahir kesenian ini sudah lahir duluan. Walaupun embeg ini merupakan kesenian yang terbilang cukup tua, diperkirakan sejak zaman purba tepatnya pada saat mereka masih mempercayai aliran animisme dan dinamisme kesenian ini telah ada loh, wah wah hebat ya kesenian ini masih sangat digemari oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan orang tua sekalipun. Disetiap ada pertunjukan ini, tak pernah ada sepinya, masyarakat selalu antusias ikut serta berpartisipasi.
Eh iya, mungkin dari tadi readers udah kepo, apa sih sebenernya embeg itu? Kok bisa digemari gitu ya? Mau tau jawabanya? Oke, akan saya jelaskan disini. Embeg merupakan sebuah kesenian yang berupa tarian yang secara nasional sering disebut kuda lumping atau kuda kepang. Dalam permainannya, kesenian ini terbilang cukup unik dengan menggunakan property berupa anyaman bambu yang dibentuk menyerupai seekor kuda, di cat semenarik mungkin dan diberi aksesoris seperti ekor, rambut, dan tali untuk mempermudah pemain dalam melakukan aksinya. Embeg ini menggambarkan pasukan prajurit perang yang sedang perang dengan menunggang kuda.
Kesenian ini biasanya di mainkan oleh sepuluh orang penari dan dua orang ketua dengan penataan lima di depan dan lima di belakang dengan dipimpin oleh masing-masing ketuanya. Untuk menambah kemeriahan dan rasa kesenian jawa yang tinggi maka biasanya tarian kuda lumping/kuda kepang diiringi oleh beberapa sinden dengan musik pengiringnya seperangkat gamelan jawa atau lebih tepatnya gamelan banyumasan untuk menambah meriah kesenian ini. Lagu-lagu yang dinyanyikan pun hampir keseluruhan menggunakan lagu ber lirik jawa banyumasan atau yang biasa disebut dengan ngapak dengan logat khasnya. Lagu yang biasa dimainkan contohnya sekar gadung, eling-eling, dawet ayu banjarnegara, dan lain-lain. Tak jarang pula menggunakan lagu campursari atau pun lagu dangdut yang disetting seperti lagu jawa.
Selain menari seperti prajurit yang sangat gagah, kesenian ini juga menampilkan beberapa atraksi seperti kesurupan atau yang biasa disebut dengan “mendem”, atraksi kekebalan seperti memainkan pisau yang besar atau biasa disebut dengan gaman digosokan ke tangan, leher, atau bagian tubuh yang lain dan menggunakan pecut. Serta atraksi kekuatan yang dilakukan seperti mengupas serabut kelapa dengan menggunakan mulut. Selain itu atraksi-atraksi yang biasa mereka lakukan adalah makan bunga, makan rumput, makan beling atau pecahan kaca, makan ikan yang masih mentah, makan telur jawa (telur ayam kampung) yang masih mentah, berlagak seperti ular, macan, seorang perempuan, dan lain sebagainya.
Pada kesenian ini yang bisa mendem tidak hanya para penari nya saja,namun para penonton yang mempunyai indang juga bisa ikut mendem. Bahkan sebaliknya bagi penari yang tidak mempunyai indang pun tak bisa mendem. Indang adalah seperti roh leluhur yang biasa merasuk pada saat embeg di lakukan. Indang lah yang mempengaruhi atau merasuki gaya para pe-mendem didalam kesenian embeg. Untuk dapat mendapatkan indang itu seseorang harus mengikuti serangkaian ritual-ritual khusus. Indang yang di miliki setiap orang itu berbeda-beda, ada yang mempunyai indang kethek (monyet), indang macan, indang mayid, dan indang-indang yang lain.
Sebelum terjadi adegan mendem, terlebih dahulu mereka mengalami babak janturan, inilah yang biasanya menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat setempat, setelah itu mulailah mereka dengan atraksi-atraksi yang unik. Tak boleh terlupakan hal yang wajib dalam pertunjukkan embeg adalah ketersediaan sesajen lengkap dengan kembang setamannya.
Di dalam kesenian embeg ini biasanya ada penari tambahan yang menggunakan barongan, yaitu sejenis topeng yang menggambarkan seekor harimau Jawa atau macan, dengan kain yang memanjang ke belakang untuk cukup di masuki dua atau tiga orang yang menggambarkan tubuh harimau tersebut. Barongan mempunyai mulut yang bisa menganga, dan barongan itu biasanya berwarna gelap. Selain barongan  ada pula yang memakai topeng penthul dan tembem. Penthul adalah topeng yang mempunyai hidung panjang dan biasanya berwarna putih sendangkan tembem adalah topeng yang biasanya berwarna hitam atau gelap dan meiliki wajah yang cukup menakutkan. Penthul ataupun tembem biasanya menari mengelilingi penari bahkan kadang ke pinggir lapangan tempat pertunjukan untuk menyapa para penonton. Wah ternyata penthul sama tembem nya ramah yaa hihi J
Tarian embeg ini biasanya dipertunjukkan di tempat keamaian untuk meramaikan suasana seperti pada saat hajatan. Selain itu tarian ini juga biasa di pertunjukkan pada saat memperingati hari-hari besar seperti tujuh belas agustus, tahun baru masehi, tahun baru jawa dan lain-lain. Tarian ini sejak dulu sudah akrab dengan masyarakat desa karena keunikannya itu sendiri.
Di era modern ini kesenian tari embeg tumbuh subur dan lestari dikalangan masyarakat ditandai dengan hampir disetiap daerah di Banjarnegara terdapat grup kesenian embeg yang masing-masing diantara mereka menampilkan dengan berbagai gaya modern. Mulai dari lagu pengiring, penghalusan gerak tari nya, serta kostum yang lebih unik dan menarik.


Bahan bacaan :
Penulis :
Lisa Anggraeni, Mahasiswa S1 bidang Pendidikan Luar Sekolah di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
Kontak :

delissa110596@gmail.com

0 komentar:

Posting Komentar

Hubungi Saya

Shiny Flashy Green Matrix