Rasa sakit membuatmu lebih kuat. Rasa takut membuatmu lebih berani. Patah hati membuatmu lebih bijaksana
  • Rombel 2 PLS 2014

    Ini waktu mau pulang dari Fountain :)

  • Kelompok Narada

    Ini pas PPA. Bersama teman teman dari jurusan lain di FIP

  • Makrab PLS 2014

    Ini kelompok Birdan, setelah makrab makan-makan bareng sama pendamping :)

  • PMR SKANZA

    Halal bi halal bersama keluarga besar PMR Wira SMK N 1 Bawang. Ada alumni dari lulusan beberapa tahun yang lalu dan adik-adik yang masih sekolah

  • PCA KSR Unit UNNES

    Ini kegiatan PCA KSR Unit UNNES angkatan XXIX

  • KASKUS II

    Sekelompok cewek-cewek dari Akuntansi 2 SMK N 1 Bawang angkatan 2011

16 Desember 2014

Posted by Unknown
No comments | 20.54

1. Latar belakang pemikiran
Berdirinya himpunan mahasiswa islam (HMI) diprakarsai oleh Larfan Pane, seorang mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam), kini UII (Universitas Islam Indonesia) yang masih duduk di tingkat I. Tentang sosok Lafran Pane,dapat di ceritakan secara garis besarnya antara lain bahwa pemuda Lafran Pane lahir di Sipirok Tapanuli Selatan, Sumatra utara. Pemuda lafran pane yang tumbuh dalam lingkungan nasionalisme muslim pernah mengenyam di pendidikan pesantren, ibtidaiyah, wusta dan sekolah muhamadiyah.
Adapun latar belakang pemikiran dalam pendirian HMI adalah : "Melihat dan menyadari bahwa kehidupan manusia dan mahasiswayang beragama islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memaham dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang demikian adalah akibat dari system pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Karena itu perlu di bentuk organisasi untuk merubah kondisi tersebut.organisasi magasiswa ini harus mempunyai kemampuan untuk mekikuti alam pemikiran mahasiswa yang selalu menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang, termasuk pemahaman dan penghayatan agamanya, yaitu agama islam. Tujuan tersebut tidak akan dilaksanakan kalau NKRI tidak merdeka, rakyatnya melarat. Maka organisasi ini harus turut mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan keluar, serta ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat.
2. Peristiwa Bersejarah 5 Febuari 1947
Setelah melakukan beberapa kali mengadakan pertemuan yang berakhir pada kegagalan. Lafran pane mengadakan rapat tanpa undang, yaitu mengadakan pertemuan secara mendadak yang mempergunakan jam kuliah tafsir. Ketika itu hari rabu 14 rabiul awal 1366, bertepatan pada 5 febuari 1947, di salah satu ruang kuliah STI di Jalan Setiodiningrat (sekarang panembahan senopati), masuklah mahasiswa lafran pane yang dalam perangkatnya dalam memimpin rapan antaralain mengadakan "Hari ini adalah pembentukan organisasi mahasiswa islam, Karena persiapan yang di perlukan sudah beres. Yang mau HMI sajalah yang mau di ajak mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah dia menentangtoh tanpa mereka organisasi ini bias berdiri dan berjalan".
3. Tujuan berdirinya HMI
Pada awal pembentukan HMI bertujuan diantaranya sebagai berikut:
a. Mempertahankan NKRI dan mempertinggikan derajat rakyat Indonesia
b. Menegakkan dan megembangkan ajaran agama islam.
4. Tokoh-tokoh himpunan mahasiswa islam (HMI)
Tokoh-tokoh pemula / pendiri HMI antara lain:
a. Lafran pane (Yogya)
b. Karnoto Zarkasyi (Ambarawa)
c. Dahlan Husein (Palembang)
d. Maisaroh Hilal (Singapura)
e. Suwali
f. Yusdi Ghozali (Semarang)
g. Mansyur
h. Siti Zainah (Palembang)
i. Hasan Basri
j. Marwan
k. Zulkarnan
l. Tayib Razak
m. Toha Mashudi (Malang)
n. Baidron Hadi (Yogya)

5. Faktor pendukung berdirinya himpunan mahasiswa islam (HMI)

a. Posisi dan arti kota Yogyakarta
• Yogyakarta sebagai ibukota NKRI dan kota perjuangan
• Pusat gerakan islam
• Kota universitas/ kota pelajar
• Pusat kebudayaan
• Terletak di central of java
b. Kebutuhan penghayatan dan keagamaan mahasiswa
c. Adanya tuntutan perang kemerdekaan bangsa Indonesia
d. Adanya STI (Sekolah Tinggi Agama Islam), BPT (Balai Perguruan Tinggi)
e. Gajah mada, STT (Sekolah Tinggi Tehnik)
f. Adanya dukungan presiden STI Prof. Abdul Kahar Muzakir
g. Umat islam Indonesia mayoritas

6. Fase-fase perkembangan himpunan mahasiswa islam (HMI) dalam perjuangan bangsa Indonesia
a. Fase konsilidasi perkembangan spiritual (1946 - 1947)
Sudah diterangkan di atas.
b. Fase pengkokohan (5 febuari 1947 – 30 november 1947)
Selama kurang lebih 9 (Sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI barulah berakhir. Masa Sembilan bulan itu di pengaruhi untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan yang dating silih berganti, yang kesemuanya itu saling mengokohkan eksistensi HMI sehinga dapat berdiri tegak dan kokoh.
c. Fase Perjuangan Bersenjata (1947-1949)
Seiring dengan tujuan HMI yang di gariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelangangan pertempuran melawan agresi yang di lakukan oleh belanda, membantu pemerintah baik memegang senjata bedil dan bamboo runcing, sebagai setaff, penerangan, penghubung. Untuk menghadapi pemberontak di Madiun 18 september 1948, Ketua PPMI / Wakil ketua PBHMI Ahmad Tirtosudiro membentuk corps mahasiswa (CM), dengan komandan hartono dan wakil komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu pemerintah pemberontakan PKI di Madiun. Dendam serta benci itu Nampak sangat menonjol pada tahun 1964-1968, di saat menjelang meletusnya G30 S / PKI.
d. Fase pertumbuhan dan perkembangan HMI (1950-1963)
Selama para kader HMI yang terjun ke gelengang pertempuran melawan pihak pihak aggressor, selama itu pula pembina organisasi terabaikan.namun hal seperti itu di lakukan secara sadar, karena itu semua meliarisir tujuan dari HMI sendiri. Serta dwi tugasnya yakni tugas agama dan tugas bangsa. Maka dengan adanya penyerahan kedaultan rakyat tanggal 27 desember 1949, mahasiswa yang berniat untuk melanjutkan kuliahnya ermunculan di Yogyakarta. Sejak tahun 1950 dilakukan konsilidasi internal organisasi. Disadari bahwa konsilidasi organisasi adalah masalah besar sepanjang masa. Bulan juli 1951 PB HMI dipisahkan dari Yogyakarta ke Jakarta.
e. Fase tantangan (1964-1965)
Dendam sejarah PKI kepada HMI merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi HMI. Setelah agitasi-agitasinya berhasil membubarkan masyumi dan GPII, PKI menganggap HMI adalah kekuatan ketiga umat islam. Begitu bersemangatnya PKI dan simpatinya dalam membubarkan HMI, terlihat dalam segala aksi-aksinya, mulai dari hasuran, fitnah propaganda hingga aksi-aksi rill beruba penculikan dan sebagainya. Usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ternyata tidak menjadi kenyataan, dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra revolusi, PKI dari puncak aksi pada tanggal 30 september 1965 telah membuatnya sebagai salah satu organisasi terlarang.

f. Fase kebangkitan HMI sebagai pelopor orde baru (1966-1968)
HMI sebagai sumber insani bangsa turut melopori Brde Baru.

Salah satu organisasi Himpunan Mahasiswa Islam di UNNES adalah KAMMI, yang filosofinya akan dijelaskan di bawah ini.

ASAS KAMMI
KAMMI berazaskan Islam. ini mengutamakan persaudaraan (ukhuwwah islamiyah) antar sesama mahasiswa muslim Indonesia dan bersifat Independen.

VISI KAMMI
KAMMI merupakan wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin dalam upaya mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang Islami.

MISI KAMMI
1. Membina keislaman, keimanan, dan ketaqwaan mahasiswa muslim Indonesia.
2. Menggali, mengembangkan, dan memantapkan potensi dakwah, intelektual, sosial, dan politik mahasiswa.
3. Mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang rabbani, madani (civil society).
4. Memelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan kerjasama mahasiswa Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan kerakyatan dan kebangsaan.
5. Mengembangkan kerjasama antar elemen masyarakat dengan semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah kemungkaran (amar ma`ruf nahi munkar).

PRINSIP GERAKAN KAMMI
1. Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI
2. Kebathilan adalah musuh abadi KAMMI
3. Solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI
4. Perbaikan adalah tradisi perjungan KAMMI
5. Kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI
6. Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI

STATUS, IDENTITAS DAN PERAN

KAMMI adalah organisasi ekstra kampus yang menghimpun mahasiswa muslim seluruh Indonesia secara lintas sektoral, suku, ras dan golongan. KAMMI menghimpun segenap mahasiswa muslim Indonesia yang bersedia bekerjasama membangun negara dan bangsa Indonesia.

KAMMI berperan sebagai wadah dan mitra bagi mahasiswa Indonesia yang ingin menegakkan keadilan dan kebenaran dalam wadah negara hukum Indonesia melalui tahapan pembangunan nasional yang sehat dan bertanggung jawab.

KAMMI mengambil peran sebagai mitra bagi masyarakat dalam upaya-upaya pembangunan masyarakat sipil, demokratisasi dan pembangunan kesatuan/persaudaraan ummat dan bangsa melalui pendampingan/advokasi sosial, kritisi/konstruktif terhadap kebijakan negara yang memarginalisasi masyarakat.

Potret Dinamika KAMMI:
Di awal pendiriannya, KAMMI merupakan sebuah jaringan aksi. Setelah tumbangnya rezimentasi Suharto, KAMMI mengalami perubahan format/bentuk pergerakan menjadi sebuah organisasi masyarakat kemahasiswaan ekstra kampus.Hal ini merespons tuntutan di masyarakat akan perlunya wadah bagi pembangunan kepemimpinan di kalangan pemuda terutama mahasiswa.Sejak pendiriannya, KAMMI sudah melakukan 5 (lima) kali Muktamar sebagai forum musyawarah tertinggi organisasi. Dinamika organisasi juga ditandai dengan berkembangnya/berdirinya KAMMI di berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Ada beberapa aspek yang menjadi perhatian/concern bagi aktifitas KAMMI :

1. Aspek pembangunan SDM / kaderisasi
Kaderisasi dalam organisasi ibarat menyiapkan kelangsungan hidup/continuity organisasi. Merupakan upaya pembangunan karakteristik ke-Islaman, akidah, akhlaqul karimah, kepemimpinan dan intelektual. Dalam aspek ini meliputi aktifitas rekruitmen, pelatihan berjenjang, up-grading,kursus-kursus dan pembelajaran kepemimpinan baik di dalam organisasi maupun di luar organisasi. Hingga saat ini sudah ada riibuan kader yang telah direkrut dan kemudian sebagian besar kader menjadi pemimpin-pemimpin mahasiswa diberbagai lembaga-lembaga intra kampus maupun ekstra kampus.

2. Aspek Kebijakan Publik dan Intelektualitas
Merupakan aspek pengkritisan terhadap kebijakan-kebijakan negara atas masyarakat, kajian terhadap fenomena masyarakat pada skala lokal, nasional dan global. Kajian dan kritisi merupakan langkah awal untuk melakukan gerakan perubahan menuju perbaikan dan advokasi politik. Aspek ini meliputi telaah kebijakan-kebijakan pemerintahan, penerbitan-penerbitan hasil kritisi kebijakan maupun kontemplasi pemikiran dan pembangunan jaringan ummat pada beragam skala wilayah dan sosial. Pada aspek ini, agenda gerakan mahasiswa ditujukan sebagai pematangan kepemimpinan politik kafer,dan sumbangsih bagi perubahan bangsa.

3. Aspek Sosial Masyarakat
Beragam problem-problem sosial ada di sekitar kita; kemiskinan, keterbelakangan, kriminalitas, kualitas hidup yang rendah, bencana alam dan sebagainya. Problem ini menimbulkan kelemahan dan kerawanan sosial dan bahkan bisa mengancam daya tahan sebuah bangsa. Kepedulian KAMMI diwujudkan dalam bentuk pendampingan/advokasi masyarakat marginal, pendidikan masyarakat lemah, penanganan bencana alam,dan sebagai mitra bagi pemerintah dan organisasi lain untuk bersama mencari solusi atas problem sosial dan budaya.

4. Aspek Ekonomi
Sejumlah kader yang tersebar dalam 43 daerah/jaringan di seluruh Indonesia merupakan potensi ekonmi yang besar. Terlepas dari itu, bahwa pembangunan enterpreneurship dan ruang usaha/ekonomi adalah hal yang sangat penting untuk saat ini ke depan, terutama bagi generasi muda. Aspek ini diwujudkan dengan adanya gerakan Koperasi sebagai gerakan ekonomi KAMMI, pembangunan jaringan usaha baik lokal, nasional dan regional.

5. Aspek Hubungan Masyarakat
Perkembangan masyarakat semakin menuntut kecepatan transformasi informasi dan komunikasi. Dan hal ini sangat besar pengaruhnya bagi pembangunan interrelasi manusia baik secara inpidu maupun kolektif. Aspek ini menekankan pada pembangunan relasi antar inpidu dan institusi baik pada skala nasional maupun global.

6. Aspek Pembangunan Kemuslimahan/Kewanitaan
Masih belum terbangunnya daya gerak dan daya dukung kalangan perempuan (muslimah) telah melahirkan distorsi peran dan psosisi strategis kalangan muslimah dalam pembangunan. Faktor politik, sosial dan budaya yang masih pragmatif, feodal dan liberal telah melahirkan ketidakadilan yang meluas di kalangan wanita. Karena itu pembangunan aspek kemuslimahan ditujukan bagi terbangunnya keberdayaan peran muslimah di segala aspejk kehidupan.



Sejarah dan Ruang Lingkup Pergerakan Mahasiswa Islam di Indonesia

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu elemen mahasiswa yang terus bercita-cita mewujudkan Indonesia ke depan menjadi lebih baik. PMII berdiri tanggal 17 April 1960 dengan latar belakang situasi politik tahun 1960-an yang mengharuskan mahasiswa turut andil dalam mewarnai kehidupan sosial politik di Indonesia. Pendirian PMII dimotori oleh kalangan muda NU (meskipun di kemudian hari dengan dicetuskannya Deklarasi Murnajati 14 Juli 1972, PMII menyatakan sikap independen dari lembaga NU). Di antara pendirinya adalah Mahbub Djunaidi dan Subhan ZE (seorang jurnalis sekaligus politikus legendaris).
Sejarah
Latar belakang pembentukan PMII
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan dalam menjawab tantangan zaman. Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia bermula dengan adanya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlusssunnah wal Jama'ah. Dibawah ini adalah beberapa hal yang dapat dikatakan sebagai penyebab berdirinya PMII:
  1. Carut marutnya situasi politik bangsa indonesia dalam kurun waktu 1950-1959.
  2. Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada.
  3. Pisahnya NU dari Masyumi.
  4. Tidak enjoynya lagi mahasiswa NU yang tergabung di HMI karena tidak terakomodasinya dan terpinggirkannya mahasiswa NU.
  5. Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi) yang nota bene HMI adalah underbouw-nya.
Hal-hal tersebut diatas menimbulkan kegelisahan dan keinginan yang kuat dikalangan intelektual-intelektual muda NU untuk mendirikan organisasi sendiri sebagai wahana penyaluran aspirasi dan pengembangan potensi mahasiswa-mahsiswa yang berkultur NU. Disamping itu juga ada hasrat yang kuat dari kalangan mahsiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Organisasi-organisasi pendahulu
Di Jakarta pada bulan Desember 1955, berdirilah Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) yang dipelopori oleh Wa'il Harits Sugianto.Sedangkan di Surakarta berdiri KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama) yang dipelopori oleh Mustahal Ahmad. Namun keberadaan kedua organisasi mahasiswa tersebut tidak direstui bahkan ditentang oleh Pimpinan Pusat IPNU dan PBNU dengan alasan IPNU baru saja berdiri dua tahun sebelumnya yakni tanggal 24 Februari 1954 di Semarang. IPNU punya kekhawatiran jika IMANU dan KMNU akan memperlemah eksistensi IPNU.
Gagasan pendirian organisasi mahasiswa NU muncul kembali pada Muktamar II IPNU di Pekalongan (1-5 Januari 1957). Gagasan ini pun kembali ditentang karena dianggap akan menjadi pesaing bagi IPNU. Sebagai langkah kompromis atas pertentangan tersebut, maka pada muktamar III IPNU di Cirebon (27-31 Desember 1958) dibentuk Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang diketuai oleh Isma'il Makki (Yogyakarta). Namun dalam perjalanannya antara IPNU dan Departemen PT-nya selalu terjadi ketimpangan dalam pelaksanaan program organisasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cara pandang yang diterapkan oleh mahasiswa dan dengan pelajar yang menjadi pimpinan pusat IPNU. Disamping itu para mahasiswa pun tidak bebas dalam melakukan sikap politik karena selalu diawasi oleh PP IPNU.
Konferensi Besar IPNU
Oleh karena itu gagasan legalisasi organisasi mahasiswa NU senantisa muncul dan mencapai puncaknya pada konferensi besar (KONBES) IPNU I di Kaliurang pada tanggal 14-17 Maret 1960. Dari forum ini kemudian kemudian muncul keputusan perlunya mendirikan organisasi mahasiswa NU secara khusus di perguruan tinggi. Selain merumuskan pendirian organ mahasiswa, KONBES Kaliurang juga menghasilkan keputusan penunjukan tim perumus pendirian organisasi yang terdiri dari 13 tokoh mahasiswa NU. Mereka adalah:
  1. A. Khalid Mawardi (Jakarta)
  2. M. Said Budairy (Jakarta)
  3. M. Sobich Ubaid (Jakarta)
  4. Makmun Syukri (Bandung)
  5. Hilman (Bandung)
  6. Ismail Makki (Yogyakarta)
  7. Munsif Nakhrowi (Yogyakarta)
  8. Nuril Huda Suaidi (Surakarta)
  9. Laily Mansyur (Surakarta)
  10. Abd. Wahhab Jaelani (Semarang)
  11. Hizbulloh Huda (Surabaya)
  12. M. Kholid Narbuko (Malang)
  13. Ahmad Hussein (Makassar)
Keputusan lainnya adalah tiga mahasiswa yaitu Hizbulloh Huda, M. Said Budairy, dan Makmun Syukri untuk sowan ke Ketua Umum PBNU kala itu, KH. Idham Kholid.
Deklarasi
Pada tanggal 14-16 April 1960 diadakan musyawarah mahasiswa NU yang bertempat di Sekolah Mu’amalat NU Wonokromo, Surabaya. Peserta musyawarah adalah perwakilan mahasiswa NU dari Jakarta, Bandung, Semarang,Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar, serta perwakilan senat Perguruan Tinggi yang bernaung dibawah NU. Pada saat tu diperdebatkan nama organisasi yang akan didirikan. Dari Yogyakarta mengusulkan nama Himpunan atau Perhimpunan Mahasiswa Sunny. Dari Bandung dan Surakarta mengusulkan nama PMII. Selanjutnya nama PMII yang menjadi kesepakatan. Namun kemudian kembali dipersoalkan kepanjangan dari ‘P’ apakah perhimpunan atau persatuan. Akhirnya disepakati huruf "P" merupakan singkatan dari Pergerakan sehingga PMII menjadi “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia”. Musyawarah juga menghasilkan susunan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga organisasi serta memilih dan menetapkan sahabat Mahbub Djunaidi sebagai ketua umum, M. Khalid Mawardi sebagai wakil ketua, dan M. Said Budairy sebagai sekretaris umum. Ketiga orang tersebut diberi amanat dan wewenang untuk menyusun kelengkapan kepengurusan PB PMII. Adapun PMII dideklarasikan secara resmi pada tanggal 17 April 1960 masehi atau bertepatan dengan tanggal 17 Syawwal 1379 Hijriyah.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia lahir dari organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama’ (NU). Pada tanggal 17 April 1960. ide lahirnya PMII lahir dari hasrat yang kuat dari kalangan mahasiswa NU untuk membentuk sebuah organisasi yang menjadi tempat berkumpul dan beraktifitas bagi mereka. Akan tetapi karena pada waktu itu sudah berdiri Ikatan Pemuda Nahdlatul Ulama (IPNU), sementara anggota dan pengurusnya banyak yang dari mahasiswa maka para mahasiswa NU banyak yang bergabung dengan IPNU. Sebenarnya keinginan untuk membentuk sebuah organisasi sudah ada sejak Muktamar II IPNU tahun 1959 di Pekalongan Jawa Tengah, akan tetapi belum mendapat respon yang serius, karena IPNU sendiri pada waktu itu masih memerlukan pembenahan, dalam proses IPNU yang masih dalam proses establish dikhawatirkan tidak ada yang mengurusi. Karena IPNU dianggap tidak mampu menampung aspirasi mahasiswa NU pada waktu itu. Pertama, kondisi objektif antara keinginan dan harapan mahasiswa serta dinamika yang terjadi berbeda dengan keinginan para pelajar. Kedua, dengan hanya membentuk departemen dalam IPNU mahasiswa NU tidak bisa masuk PPMI Persatuan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia, karena PPMI hanya menampung ormas mahasiswa.

Puncak dari perhelatan dibentuk tidaknya organisasi mahasiswa NU adalah ketika IPNU menyelenggarakan konferensi besar pada tanggal 14-17 Maret 1960 diKaliurang Yogyakarta. Diawali oleh Isma’il Makky selaku ketua departemen Perguruan Tinggi (IPNU) dan M. Hartono, BA (mantan Wakil Pimpinan usaha Harian Pelita Jakarta), akhirnya forum konferensi membuat keputusan tentang perlunya didirikan organisasi mahasiswa NU. Lalu dibentuklah panitia sponsor pendiri yang beranggotakan 14 orang, yang dilanjutkan dengan musyawarah mahasiswa NU yang diselenggarakan di Surabaya, yang sebelumnya PBNU sudah merestui. Dan pada tanggal 17 April 1960 secara sah PMII dinyatakan berdiri dan H. Mahbub Djunaidi dinyatakan sebagai ketua terpilih.
  1. Unsur pemikiran yang ditonjolkan pada organisasi yang akan berdiri pada waktu itu adalah:
  2. Mewujudkan adanya kedinamisan sebagai organisasi mahasiswa, khususnya karena pada waktu itu situasi nasional sedang diliputi oleh semangat revolusi.
  3. Menampakkan identitas ke-Islaman sekaligus sebagai konsepsi lanjutan dari NU yang berhaluan ahlu sunnah wal jamaah juga berdasarkan perjuangan para wali di pulau jawa yang telah sukses dengan dakwahnya. Mereka sangat toleran atas tradisi dan budaya setempat. Sehingga dengan demikian ajaran-ajarannya bersifat akomodatif.
  4. Memanifestasikan nasionalisme sebagai semangat kebangsaan, karenanya nama Indonesia harus tercantum.
Independensi PMII
Pada awal berdirinya PMII sepenuhnya berada di bawah naungan NU. PMII terikat dengan segala garis kebijaksanaan partai induknya, NU. PMII merupakan perpanjangan tangan NU, baik secara struktural maupun fungsional. Selanjuttnya sejak dasawarsa 70-an, ketika rezim neo-fasis Orde Baru mulai mengkerdilkan fungsi partai politik, sekaligus juga penyederhanaan partai politik secara kuantitas, dan issue back to campus serta organisasi- organisasi profesi kepemudaan mulai diperkenalkan melalui kebijakan NKK/BKK, maka PMII menuntut adanya pemikiran realistis. 14 Juli 1971 melalui Mubes di Murnajati, PMII mencanangkan independensi, terlepas dari organisasi manapun (terkenal dengan Deklarasi Murnajati). Kemudian pada kongres tahun 1973 di Ciloto, Jawa Barat, diwujudkanlah Manifest Independensi PMII.
Namun, betapapun PMII mandiri, ideologi PMII tidak lepas dari faham Ahlussunnah wal Jamaah yang merupakan ciri khas NU. Ini berarti secara kultural- ideologis, PMII dengan NU tidak bisa dilepaskan. Ahlussunnah wal Jamaah merupakan benang merah antara PMII dengan NU. Dengan Aswaja PMII membedakan diri dengan organisasi lain.
Keterpisahan PMII dari NU pada perkembangan terakhir ini lebih tampak hanya secara organisatoris formal saja. Sebab kenyataannya, keterpautan moral, kesamaan background, pada hakekat keduanya susah untuk direnggangkan.
Jatuhnya orde lama dan naiknya Soeharto sebagai rezim orde baru membawa kepada perubahan politik dan pemerintahan yang cukup signifikan setelah Soekarno sebelumnya membubarkan Masyumi, orde baru juga berobsesi untuk mengurangi partai politik yang berbau ideologi dengan mendirikan partai untuk menopang keuasaannya sendiri. Kebijakan pemerintahan orde baru diatas telah menempatkan pemerintahan sebagai wilayah kauasaan yang tidak bisa dijamah dan dikritisi oleh masyarakat.
Fenomena diatas menuntut PMII mampu melakukan pembacaan secara jeli tentang dirinya ditengah upaya pemerintah untuk melakukan upaya-upaya pengkerdilan terhadap setiap komponen masyarakat-bangsa termasuk partai politik selain golkar. Dari hasil pembacaan itu bahwa apabila PMII tetap bernaung dibawah NU yang masih berada pada wilayah politik praktis, maka PMII akan mengalami kesulitan untuk berkembang sebagai ormas mahasiswa. Atas dasar pertimbangan inilah pada MUBES V tanggal 14 Juli 1972 di Munarjati Malang, PMII memutuskan untuk menjadi organisasi yang independen yang tertuang dalam deklarasi Munarjati. Dengan ini PMII sebagai tidak terikat pada sikap dan tindakan siapapun dan hanya komitmen dengan perjuangan organisasi serta cita-cita perjuangan nasional yang berlandaskan pancasila.
Pada periode 1980-an PMII yang mulai serius masuk dan melakukan pembinaan di perguruan tinggi menemukan kesadaran baru dalam menentukan pilihan dan corak gerakannya. Bersamaan dengan Khittah 1926 NU pada tahun 1984 dan diterimanya pancasila sebagai asas tunggal, PMII telah membuat pilihan-pilihan peran yang cukup strategis. Dikatakan strategis karena menentukan pilihan pada tiga hal yang penting, yaitu:
  1. PMII memberikan prioritas pada upaya pengembangan intelektualitas.
  2. PMII menghindari keterlibatannya dengan politik praktis, baik secara langsung atau tidak, dan bergerak pada wilayah pemberdayaan Civil Society.
  3. Memilih mengembangkan paradigma kritisisme terhadap negara. Pilihan-pilihan tersebut membuat PMII selalu berjarak dengan struktur-struktur kekuasaan politik maupun pemerintahan.

Makna Filosofis
Dari namanya PMII disusun dari empat kata yaitu “Pergerakan”, “Mahasiswa”, “Islam”, dan “Indonesia”. Makna “Pergerakan” yang dikandung dalam PMII adalah dinamika dari hamba (makhluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan kontribusi positif pada alam sekitarnya. “Pergerakan” dalam hubungannya dengan organisasi mahasiswa menuntut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada di dalam kualitas kekhalifahannya.
Pengertian “Mahasiswa” adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dimnamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara.
“Islam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang dipahami dengan haluan/paradigma ahlussunah wal jama’ah yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara proporsional antara iman, islam, dan ikhsan yang di dalam pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya tercermin sikap-sikap selektif, akomodatif, dan integratif. Islam terbuka, progresif, dan transformatif demikian platform PMII, yaitu Islam yang terbuka, menerima dan menghargai segala bentuk perbedaan. Keberbedaan adalah sebuah rahmat, karena dengan perbedaan itulah kita dapat saling berdialog antara satu dengan yang lainnya demi mewujudkan tatanan yang demokratis dan beradab (civilized).
Sedangkan pengertian “Indonesia” adalah masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang mempunyai falsafah dan ideologi bangsa (Pancasila) serta UUD 45.

Sumber :
http://noexs.blogspot.com/2009/05/sejarah-berdirinya-himpunan-mahasiswa.html

http://pmiialghazali.blogspot.com/2009/10/sejarah-pergerakan-mahasiswa-islam.html#

0 komentar:

Posting Komentar

Hubungi Saya

Shiny Flashy Green Matrix