- Untuk mendownload makalah Pendidikan Pancasila materi Undang-undang Setelah dan Sesudah Amandemen silahkan klik download
- Untuk mendownload makalah Antropologi materi Antropologi dan Pembangunan silahkan klik download
- Untuk mendownload makalah TIK materi Analisis SWOT klik download
- Untuk mendownload makalah PAI materi Munakahat klik download
5 Januari 2015
Posted by Unknown
No comments | 10.52
1 Januari 2015
Posted by Unknown
No comments | 09.01
1. Untuk mendownload powerpoint presentasi Antropologi materi Konsep Kebudayaan dalam Antropologi dan Perannya dalam Pembangunan klik disini
2. Untuk mendownload powerpoint presentasi Pendidikan Agama Islam materi Munakahat klik disini
3. Untuk mendownload powerpoint presentasi KD PLS materi Pendidikan Nonformal dan Pemberdayaan Masyarakat klik disini
4. Untuk mendownload powerpoint presentasi Pendidikan Pancasila materi LEMBAGA NEGARA
SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945 klik disini
5. Untuk mendownload powerpoint presentasi PIP materi aliran-aliran pendidikan klik disini
6. Untuk mendownload powerpoint presentasi Psikologi umum materi perasaan dan emosi klik disini
7. Untuk mendownload powerpoint presentasi TIK materi Analisis SWOT klik disini
25 Desember 2014
Posted by Unknown
No comments | 21.02
Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.
Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,...terdengar suara tek...tekk.. .tek...suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat..., ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak - anak, siapa yang mau bakso ?
"Mauuuuuuuuu. ...", secara serempak dan kompak anak - anak asuhku menjawab.
Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. ...
Ada satu hal yang menggelitik fikiranku selama ini ketika saya membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjccM55Xa47OEUdGy3sD4MUoHC_Gfd_Kj7QmzZB9zLe2wEkC9BLYcU6K-YCm8ZStsHVTEvu-HEmTRdKvwWUxUsBQUTnOiI28CnbsLwD-mv4CCQAgxAIaeQuUyzsYpYe5qu4qMb66jfmJTk/s320/bakso.jpg)
"Mang kalo boleh tahu, kenapa uang - uang itu Emang pisahkan? Barangkali ada tujuan ?" "Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita รข€“ cita penyempurnaan iman ".
"Maksudnya.. ...?", saya melanjutkan bertanya.
"Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :
1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari - hari Emang dan keluarga.
2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.
3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.
Hatiku sangat...... .....sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.
Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : "Iya memang bagus...,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya....".
Ia menjawab, " Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.
Definisi "mampu" adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, "mampu", maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita".
"Masya Allah..., sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso".
(sumber : http://livebeta.kaskus.co.id/post/000000000000000460001231#post000000000000000460001231
gambar dari http://agsfood.blogspot.com/2008/09/bakso-tenis.html)
Posted by Unknown
No comments | 20.59
Apa arti sebuah lilin dalam kehidupan? Mungkin ini terlalu dipertanyakan. Sebab, lilin hanya sebuah benda kecil. Kegunaannya baru Nampak ketika lampu listrik di rumah kita padam. Tapi, lilin adalah cahaya. Dan cahaya merupakan sebentuk materi. Kebalikannya adalah gelap. Yang terakhir ini bukan materi. Ia tidak memiliki daya. Ia adalah keadaan hampa cahaya. Karena itu, meskipun kecil, lilin selalu dapat mengusir gelap.
Allah memisalkan petunjuk dengan cahaya, kesesatan sebagai gelap. Ini mengisyaratkan, pasukan kesesatan tak memiliki sedikitpun daya di depan pasukan cahaya. Ia hadir ketika pasukan cahaya menghilang. Sepanjang sejarah, umat kita mengalami kesesatan ketika ‘roda pergerakan syiar dakwah’ berhenti bergerak.
Disini tersirat sebuah kaidah syiar dakwah. Bahwa gelap yang menyelimuti langit kehidupan kita, sebenarnya dapat diusir dengan mudah, bila kita mau menyalakan lilin syiar ini kembali. Berhentilah mengikuk gelap. Ia toh tak berwujud dan tak berdaya. Kita tak perlu memanggil matahari untuk mengusirnya. Tidak juga bulan.
Tak ada yang dapat kita selesaikan dengan kutukan. Sama seperti tak bergunanya, ratapan di depan sebuah bencana. Musibah, jahiliyah, kekalahan yang sekarang merajalela di seantero dunia Islam kita, tak perlu ‘di islah’ dengan kutukan ataupun ratapan. Sebab kedua tindakan itu tidak menunjukan sikap ‘Ijabiyah’ (positif) dalam menghadapi realita. “Adalah lebih baik menyalakan sebatang lilin daripada mengutuk kegelapan”.
Sikap ijabiyah menuntut kita untuk menciptakan kehadiran yang berimbang dengan kehadiran fenomena jahiliyah dalam pentas kehidupan. Ini mungkin tak kita selesaikan dalam sekejap. Tapi sikap mental imani yang paling minimal, yang harus terpatri dalam jiwa kita, adalah membuang keinginan untuk pasrah atau menghindari kenyataan. Kenyataan yang paling buruk sekalipun, tidak boleh melebihi besarnya kapasitas jiwa dan iman kita untuk menghadapinya.
Disini ada sebuah pengajaran yang agung. Bahwa sudah saatnya kita membuang kecenderungan meremehkan potensi diri kita. Ketika kita mempersembahkan sebuah amal yang sangat kecil, saat itu kita harus membesarkan jiwa kita dengan mengharap hasil yang memadai. Sebab amal yang kecil itu, selama ia baik, akan mengilhami kita untuk melakukan amal yang lebih besar. Ibnul Qayyim mengatakan, sunnah yang baik, akan mengajak pelakunya melakukan ‘saudara-saudara’ sunnah itu.
Akhirnya, tutuplah matamu dan nyalakan lilin, lalu: “Katakanlah, telah datang kebenaran. Sesungguhnya kebatilan itu pasti sirna”.
Diambil dari buku Arsitek Peradaban,
ditulis oleh ust. Anis Matta Lc. (wakil ketua DPR RI 2009-2014).
=========
Hikmah yang bisa diambil dari kisah inspirasi diatas :
![kisah inspirasi : nyalakan lilin kisah kisah inspirasi](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUKaXJpIjowgw4EuuFMjyZ5GV6X465PVB6AY8NIHw9cx6M19TmszP0dVxXlsc3jzEsBKmJIN5RQhL9fkHYKwBE83Uz-FlY4b76xZ93cCtfPygxMzdaL-gM9N8vsyRm__5EO8DbST0fSpc/s200/nyalakan+lilin.jpg)
Disini tersirat sebuah kaidah syiar dakwah. Bahwa gelap yang menyelimuti langit kehidupan kita, sebenarnya dapat diusir dengan mudah, bila kita mau menyalakan lilin syiar ini kembali. Berhentilah mengikuk gelap. Ia toh tak berwujud dan tak berdaya. Kita tak perlu memanggil matahari untuk mengusirnya. Tidak juga bulan.
Tak ada yang dapat kita selesaikan dengan kutukan. Sama seperti tak bergunanya, ratapan di depan sebuah bencana. Musibah, jahiliyah, kekalahan yang sekarang merajalela di seantero dunia Islam kita, tak perlu ‘di islah’ dengan kutukan ataupun ratapan. Sebab kedua tindakan itu tidak menunjukan sikap ‘Ijabiyah’ (positif) dalam menghadapi realita. “Adalah lebih baik menyalakan sebatang lilin daripada mengutuk kegelapan”.
Sikap ijabiyah menuntut kita untuk menciptakan kehadiran yang berimbang dengan kehadiran fenomena jahiliyah dalam pentas kehidupan. Ini mungkin tak kita selesaikan dalam sekejap. Tapi sikap mental imani yang paling minimal, yang harus terpatri dalam jiwa kita, adalah membuang keinginan untuk pasrah atau menghindari kenyataan. Kenyataan yang paling buruk sekalipun, tidak boleh melebihi besarnya kapasitas jiwa dan iman kita untuk menghadapinya.
Disini ada sebuah pengajaran yang agung. Bahwa sudah saatnya kita membuang kecenderungan meremehkan potensi diri kita. Ketika kita mempersembahkan sebuah amal yang sangat kecil, saat itu kita harus membesarkan jiwa kita dengan mengharap hasil yang memadai. Sebab amal yang kecil itu, selama ia baik, akan mengilhami kita untuk melakukan amal yang lebih besar. Ibnul Qayyim mengatakan, sunnah yang baik, akan mengajak pelakunya melakukan ‘saudara-saudara’ sunnah itu.
Akhirnya, tutuplah matamu dan nyalakan lilin, lalu: “Katakanlah, telah datang kebenaran. Sesungguhnya kebatilan itu pasti sirna”.
Diambil dari buku Arsitek Peradaban,
ditulis oleh ust. Anis Matta Lc. (wakil ketua DPR RI 2009-2014).
=========
Hikmah yang bisa diambil dari kisah inspirasi diatas :
- Mencaci maki kerusakan dan kekacauan di sekitar kita, tak akan memperbaiki masalah. Hanya dengan bertindak nyata-lah, insya Allah keburukan kan sirna, berganti dengan kebaikan.
- Jangan hanya jadi komentator, jadilah partisipator!
(sumber :http://www.kisahinspirasi.com/2012/08/kisah-inspirasi-nyalakan-lilin.html)
Posted by Unknown
No comments | 20.57
Dikisahkan suatu waktu di Indonesia, ada sebuah perusahaan yang melakukan rekrutmen untuk sebuah posisi. Perusahaan tersebut perusahaan besar, yang sampai sekarang pun namanya insya Allah masih cukup dikenal di Indonesia. Pelamar untuk posisi tersebut terbilang besar, sekitar 2000-an orang. Namun hanya 1 orang yang akhirnya diterima bekerja disana.
Dalam proses rekrutmen, perusahaan tersebut memberikan sebuah tes tertulis. Isi tes tertulisnya, adalah sebuah kasus untuk dijawab oleh calon karyawannya. Berikut kasus dalam tes tulis.
-----------
Anda sedang mengendarai motor ditengah malam yang hujan, ditengah jalan Anda melihat 3 orang sedang menunggu kedatangan angkot :
- Seorang nenek tua yang sangat lapar.
- Seorang dokter yang pernah menyelamatkan hidup Anda sebelumnya.
- Seseorang special yang selama ini menjadi idaman hati Anda.
Anda hanya bisa mengajak satu orang untuk dibonceng, siapakah yang akan Anda ajak ?
Dan jelaskan mengapa Anda melakukan itu!!
-----------
Jika Anda ikut dalam proses rekrutmen tersebut, kira-kira jawaban Apa yang akan Anda berikan?
Jangan scroll kebawah sebelum Anda memberikan jawaban Anda.
Serius, jawablah dulu, baru kita lihat jawaban yang diterima.
dari 2000an pelamar & jawaban, hanya 1 yg diterima, Orang tersebut tidak menjelaskan jawabannya, hanya menulis dengan singkat :
"Saya akan memberikan kunci motor saya kepada sang dokter dan meminta dia untuk membawa nenek tua tersebut untuk ditolong segera. Sedangkan saya sendiri akan tetap tinggal disana dengan sang idaman hati untuk menunggu angkot."
Dan diterimanyalah ia serta langsung mendapat kualifikasi smart & brilliant employee
Lepas dari nilai non-syari terkait khalwat-nya, Bagi saya pribadi, hikmah yang bisa saya petik adalah kita dapat melakukan sebuah efisiensi pekerjaan yang menyenangkan. Syaratnya hanyalah kita mau berkorban lebih untuk mendapatkan sesuatu yang insya Allah lebih besar.
Kalau kamu? inspiratif Apa yang bisa kamu petik?
(sumber : http://www.kisahinspirasi.com/2012/12/kisah-sebuah-tes-tulis-lamaran-kerja.html)
Posted by Unknown
1 comment | 20.38
Untuk mendownload MPI Analisis SWOT punya saya klik disini ya :)
Untuk mendownload MPI Analisis SWOT klik disini ya :)
Untuk mendownload MPI Program Pemerintah dan Swasta dalam Implementasi TIK di PLS klik disini ya :)
Untuk mendownload MPI Pembelajaran Modern PLS klik disini ya :)
Untuk mendownload MPI Sejarah Komputer klik disini ya :)
Untuk mendownload MPI Hardware dan Software klik disini ya :)
Untuk mendownload MPI Hubungan TIK dengan Komputer klik disini ya :)
Posted by Unknown
No comments | 20.12
Kehidupan anak kost biasanya dijalani oleh mahasiswa, perantau, atau orang yang memilih tinggal di tempat terdekat dengan pekerjaan meski memiliki rumah di kota yang sama. Maka tak heran jika kita jumpai standar hidup menengah ke bawah pada frontstage anak kost-an.
Bukan berarti mereka tidak kaya, bukan. Hanya saja, label anak kost yang disandang itu berpengaruh pada mindset pola hidup serba hemat dan serba praktis. Tentu saja hal ini juga cerminan dari kehidupan para single (meski tidak semuanya), karena barangkali akan lain cerita jika mereka masih nge-kost bersama anak istri. Sehemat-hematnya dan sepraktis-praktisnya, tetap saja kebahagiaan, kenyamanan, & keamanan anak menjadi prioritas utama.
Hidup serba hemat & serba praktis terbukti dari beberapa adigum yang kerap kita dengar. Diantaranya, mie instan sahabat sejati dalam segala suasana. Sarapan pagi cukup rokok dan segelas kopi. Kemana-mana bawa motor sendiri, naik metromini, atau jalan kaki (jika dekat). Ah, pokoknya persis lagu dangdut yang bunyinya begini, sob..
Masak, masak sendiriMakan, makan sendiriTidur pun sendiri…—-
Nah, pertanyaan yang muncul kemudian: apakah hidup serba hemat & praktis itu masuk kategori hidup sehat? Mari kita cek, sob.
Mie instan di warung tepi jalan –5000
Kopi, rokok, & aneka gorengan di warung kopi –6000
Nasi rames di warung Tegal –7000
Bakso di tepi jalan –8000
Es teh –3000
Nasi goreng keliling malam hari –10.000
Perkiraan pengeluaran untuk makan sehari bisa mencapai 40.000, sob. Memang ini hanya perkiraan, tapi rasanya prediksi harga makanan itu hampir sama di tiap kota (bedanya mungkin seribu-dua ribu). Dan, dari rincian tempat makan yang didominasi warung tepi jalan, bisa kita tangguhkan kebersihannya, bukan? Jika makan di restoran atau kafe ya jelas beda lagi: namanya bukan anak kost, tapi anak apartemen.
Jadi sekarang sobat bisa menimbang sendiri, bagaimana bisa hemat kalau sehari pengeluarannya 40rb (belum termasuk ongkos transport, kebutuhan pribadi, dll)? Bagaimana bisa sehat kalau tempatnya di tepi jalan atau warung emperan (yang mencuci piring dengan 2 atau 1 ember)? Barangkali hanya praktis saja yang didapat karena tak perlu ribet memasak & belanja sayuran.
Karena itulah saya ingin berbagi resep hidup hemat dan sehat ala anak kost. Ini sudah saya lakoni sejak setahun lalu dan memang terasa sekali bedanya. Mau tahu resepnya?
Masak Sendiri!Yup, masak sendiri artinya memberi kesempatan pada diri sendiri untuk:
- Belanja sendiri (membeli bahan masakan yang ingin dimasak)
- Belajar manajemen keuangan pribadi (belanja membuat otak kita berpikir mana kebutuhan primer, mana seknder, mana tersier)
- Bebas makan sesukanya (Jika di warteg menunya itu-itu saja, maka dengan memasak sendiri kita bisa memilih menu sesuka kita)
- Memakan masakan yang sehat & bersih (jelas, walau bagaimana pun masakan sendiri pasti lebih bersih dan sehat. Logikanya, mana mungkin diri sendiri tega tidak mencuci cabai dulu sebelum dimasak. Nah, kalau di warteg kan kita tidak tahu semua sayuran dicuci bersih atau tidak sebelum dimasak)
- Belajar memasak (ini point plus untuk kita, toh tidak ada ruginya kan kalau kita bisa memasak? Terlebih cewek yang nantinya bakal jadi istri dan ibu, super wajib bisa masak)
- Melatih manajemen waktu (kalau biasanya kita tinggal makan di warung, tentu bisa sambil berangkat menuju tempat kerja, kuliah, dll. Tapi jika memasak sendiri, kita bisa belajar mengatur waktu untuk: bangun jam berapa, butuh berapa lama untuk masak, berapa lama untuk mandi kemudian sarapan, baru bisa berangkat)
- Belajar mandiri (hal ini mengajari kita untuk tidak bergantung pada orang lain -warteg-, karena masak sendiri berarti kita berusaha memenuhi kebutuhan primer dengan tangan sendiri)
Nah, asik sekali kan, sob? Kita bisa belajar banyak hal dari sebuah hal sederhana: masak sendiri.
Eits, jangan khawatir. Saya tahu keluhan yang muncul kemudian adalah: “aku kan nggak pernah masak, aku juga kerja fulltime, di kosan tidak ada dapur, dlllllll”. Justru belajar masak sendiri itu agar kita bisa masak, pintar membagi waktu, hidup lebih hemat, dan sehat. Soal dapur, kita bisa menggunakan kompor portable yang super mini. Selain praktis, kompor ini juga bisa dibawa kemana-mana.
Toh masak sendiri untuk diri sendiri. Mau kurang garam atau kelebihan gula ya tidak akan ada yang menghina. Terlebih, kita bisa memulai dari masakan sederhana seperti: dadar telor, nasi goreng, tumis kangkung, atau sekadar goreng tahu & tempe. Kalau sudah terbiasa, tentu kita bisa eksplore lagi untuk membuat masakan lain. Misal, sayur sop atau cap cay.
Hasilnya, beuuh.. Beda jauh sama beli di tepi jalan. Detailnya begini, sob. Misalkan dadar telor saja yang gampang. Kalau di warteg biasa dijual 2000-2500, padahal modalnya hanya telor 1 (1000) & penyedap rasa (100). Berarti warteg bisa untung lebih dari 100%. Itu baru dadar telor, bagaimana dengan nasi goreng atau sayur yang lain? Pastinya keuntungan bisa lebih besar. Itulah mengapa bisnis di bidang makanan itu sangat menggiurkan.
Nah, sekarang sudah tahu kan betapa hidup hemat & sehat itu tidak susah? Tidak rugi & tidak perlu gengsi, karena martabat anak kost ya ditentukan oleh diri kita sendiri.
Betul apa betul? :)
Salam Anak Kost,
Langganan:
Postingan (Atom)